Internet 5G

Fakta tentang Jaringan Internet 5G, Sang Penerus 4G

Di zaman sekarang, kebutuhan akan koneksi internet menuntut kecepatan akses yang semakin cepat dan semakin stabil. Tidak hanya komputer dan ponsel, kini hampir semua perangkat elektronik membutuhkan koneksi internet. Disinilah jaringan internet 5G hadir untuk meningkatkan dan menyempurnakan koneksi 4G yang sudah ada saat ini.

Walaupun internet 5G ini relatif masih baru sehingga masih sedikit perangkat yang mendukung koneksi 5G, diyakini bahwa dimasa depan kebutuhan 5G menjadi sesuatu yang mutlak.

5G diprediksi memiliki kecepatan 800Gbps atau seratus kali lebih cepat dari koneksi 4G, sehingga teknologi internet 5G ini memungkinkan semakin banyak perangkat yang dapat terhubung dan dikendalikan melalui internet.

Nah, pada artikel kali ini, akan dipaparkan secara sekilas mengenai penemuan dari teknologi internet 5G ini.

Sejarah Penemuan Internet 5G

Teknologi internet 5G pertama kali dimunculkan oleh seorang ahli fisika dari Jerman bernama Michael Lemke. Dengan pengalamannya selama 24 tahun dalam dunia telekomunikasi, Lemke melakukan penelitian 5G-nya sejak Januari 2016 di Dresden University of Technology.

Beliau dianggap sebagai penemu jaringan internet 5G, walaupun penelitiannya melibatkan 22 profesor dan bekerjasama dengan 600 karyawan dari beberapa penyedia layanan internet untuk mewujudkan jaringan internet masa depan.

Teknologi internet 5G akan mengubah semua cara manusia dalam hal berinternet dan menjadikan sebuah konsep IoT (internet of things), dimana semua aspek kehidupan manusia akan terhubung dengan internet. Aspek ini bermula dari sarana umum, transportasi umum, hingga aspek lain yang menjangkau seluruh kota.

3 Aplikasi Utama dan Keunggulan Jaringan 5G

  • Broadband seluler yang disempurnakan (eMBB/Enhanced Mobile Broadband)

Koneksi 5G ditargetkan untuk meningkatkan koneksi internet pada pengguna smartphone, dimanapun mereka berada, seperti di daerah padat, atau di dalam kendaraan yang bergerak. Hal ini membuat setiap pengguna jaringan 5G mendapatkan koneksi yang cepat dan stabil dalam segala keadaan.

  • Komunikasi antar jenis mesin (mMTC/Massive Machine Type Communication)

Disini 5G diaplikasikan untuk mendukung IoT sehingga antar perangkat atau mesin dapat terhubung melalui internet dengan kapasitas yang cukup tinggi dan stabil.

  • Komunikasi yang dapat diandalkan dan berlatensi rendah (URLLC/Ultra-Reliable Low-Latency Communication)

Dalam jaringan komputer, latenci adalah berapa banyak waktu yang dibutuhkan paket data untuk melakukan perjalanan dari satu titik ke titik lain.

Latensi rendah menjadi sasaran utama dalam implementasi 5G. Perangkat yang terkoneksi harus bisa terkoneksi secara real time, dengan latensi serendah mungkin.

Misalnya seperti kendaraan otonom (self-driven vehicle) atau robot industry, mereka harus memberikan respon secara cepat dan akurat pada situasi yang diperlukan. Oleh karena inilah, teknologi 5G sangat diperlukan untuk menunjang terjadinya komunikasi yang berlatensi rendah.

Prinsip kerja jaringan 5G pada dasarnya sama dengan jaringan 4G LTE, yaitu dengan pengiriman sinyal berkode penyandian OFDM (Orthogonal Frequency-Division Multiplexing), yang terhubung ke jaringan utama. Hanya saja, pada jaringan 5G dilakukan dengan cara yang lebih efisien dan dengan antarmuka yang lebih fleksibel.

Hal yang paling utama yang dimiliki oleh 5G adalah jaringan 5G menggunakkan saluran yang lebih besar dibandingkan 4G, sehingga dapat menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi dan latensi yang lebih rendah.

Sebagian besar jaringan 4G menggunakan saluran 20 MHz yang jika digabungkan dapat menghasilkan saluran maksimum 160 MHz dalam satu waktu. 5G dapat menggunakan saluran yang lebih besar lagi, mencapai 100 MHz dan jika digabungkan bisa mencapai maksimal 800 MHz dalam satu waktu.

Frekuensi gelombang 5G menjadi faktor kedua yang menunjang kecepatan koneksi dan latensi yang rendah.

Pita Frekuensi Jaringan Internet 5G

Ada tiga pita frekuensi berbeda untuk jaringan 5G. Tiga pita frekuensi tersebut adalah spektrum pita rendah pada kisaran di bawah 1 GHz, spektrum pita menengah pada kisaran 6 GHz, dan pita tinggi pada frekuensi gelombang milimeter, yaitu sekitar 24-100 GHz.

Pada spektrum pita rendah dan menengah, 5G menggunakan jaringan yang sama dengan 4G. Namun, pada spektrum pita tinggi, disinilah 5G memanfaatkan frekuensi yang tidak digunakan, sehingga 5G dapat menjanjikan kecepatan dan lebar jaringan yang lebih tinggi.

5G pita rendah menggunakan frekuensi di bawah 1 GHz. Pada frekuensi inilah koneksinya relatif rendah karena menggunakan saluran yang dipakai oleh 4G. Lebar rata-rata dari frekuensi ini hanya sekitar 10 MHz.

5G pita menengah menggunakan frekuensi dalam rentang 1–6 GHz dengan jangkauan hingga setengah mil. Pada pita menengah inilah, 5G menawarkan saluran 100 MHz dan membawa jumlah lalu lintas 5G terbesar di sebagian besar negara.

5G pita tinggi mempunyai frekuensi 20-100 GHz, dimana spektrum ini belum banyak digunakan. Salurannya pun lebih besar, yaitu hingga 800 MHz sehingga menghasilkan kecepatan yang tinggi dan dapat mentransfer data dalam jumlah besar.

Perlu anda ingat juga, bahwa dalam sebuah konektivitas, besarnya frekuensi tidak hanya berpengaruh dengan kecepatan tapi juga mempengaruhi jangkauan sinyalnya.

Untuk memastikan sinyal yang cepat dan tersebar luas, sebagian besar implementasi 5G akan menggabungkan pita rendah, menengah, dan tinggi. Pilihan band akan lebih tergantung pada lokasi, aplikasi, dan struktur yang ada.

Kendala dan Tantangan Implementasi Jaringan 5G

Meskipun jaringan internet 5G memiliki keunggulan dan kelebihan, namun pada penerapannya 5G menghadapi beberapa kendala. Beberapa kendala ini yaitu:

  • Biaya yang tinggi, baik untuk perangkat maupun untuk pengembangan infrastrukturnya
  • Kecepatan koneksi yang tinggi tentunya akan menimbulkan panas yang tinggi juga.
  • Munculnya berbagai masalah kesehatan. Frekuensi tinggi yang dimiliki oleh 5G dapat berpotensi menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker. Namun saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa gelombang elektromagnetik 5G dapat menyebabkan masalah kesehatan. Oleh karena itu, efek gelombang ini masih tetap perlu diteliti, apakah dapat menimbulkan bahaya bagi manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Walaupun penerapan 5G ini mengalami beberapa kendala, produsen peralatan dan penyedia layanan 5G yang tersebar di berbagai negara sudah melakukan berbagai tahap pengembangan dan penerapan teknologi 5G.

Hal ini pun tentunya memerlukan kolaborasi dari beberapa perusahaan untuk dapat membentuk sebuah jaringan internet 5G.

Karena ada berbagai komponen yang membentuk teknologi 5G, maka tidak ada satu perusahaan pun yang dapat membentuk jaringan 5G secara utuh sendirian.

Hal ini disebabkan karena tidak semua perusahaan dapat menyediakan keseluruhan bagian dari jaringan 5G, atau dapat dikatakan tidak ada satu perusahaan pun yang unggul di semua aspek.

Negara-negara yang Sudah Meluncurkan Koneksi 5G

Beberapa negara sudah mulai meluncurkan koneksi 5G diantaranya:

  • Nokia dari Finlandia bekerja sama dengan NTT DoCoMo dari Jepang untuk merilis teknologi 5G pada Olimpiade Tokyo 2020
  • Korea Selatan mulai menerapkan teknologi 5G pada tahun 2017 tapi baru dapat digunakan secara komersial pada tahun 2020
  • AT&T di Amerika Serikat mencoba menerapkan teknologi 5G sejak 2018 di Kota Austin, Texas dan di Kota Indianapolis, Indiana
  • Di Indonesia sendiri, Telkomsel menjadi perusahaan seluler pertama yang meluncurkan teknologi 5G pada tanggal 27 Mei 2021, walaupun hanya tersedia di beberapa daerah di Jakarta dan di Tangerang saja.

Selain negara-negara tersebut, akan ada negara selanjutnya yang ikut meluncurkan koneksi 5G.

Salah satunya Jerman yang menjadi penemu 5G untuk pertama kalinya. Lalu Inggris juga ikut serta dalam meluncurkan koneksi 5G melalui perusahaan EE, Vodafone UK, Three UK dan O2 UK.

Cina pun juga berpartisipasi dalam peluncuran koneksi ini, melalui perusahaan China Telecom (CHA), China Mobile (CHL) dan China Unicom (CHU).

Negara selanjutnya yang akan meluncurkan koneksi 5G yaitu Jepang, Turki, Swiss, Norwegia, Denmark, Islandia, Swedia, dan Finlandia.