Siapa sih yang tidak tahu TikTok di zaman sekarang ini? Masih ingat fenomena viralnya “Bowo TikTok”?
Ya, saat “Bowo TikTok” viral, aplikasi TikTok belum seterkenal sekarang di Indonesia. Banyak orang masih menganggap TikTok sebelah mata.
Kini TikTok telah menjamur, apalagi di kalangan anak muda. Tak hanya joget-joget, TikTok telah mengubah cara orang dalam berbagi informasi melalui video singkat.
TikTok telah menjadi salah satu aplikasi mobile yang paling pesat perkembangannya selama kurang lebih tiga tahun belakangan ini.
Bahkan Instagram merasa gerah dengan kepopuleran TikTok, hingga akhirnya Instagram meluncurkan fitur Instagram Reels, alih-alih melengkapi fitur-fitur yang sudah ada di Instagram padahal kenyataannya untuk menyaingi TikTok.
Perkembangan TikTok yang pesat ini tentu disertai dengan jumlah penggunanya yang semakin lama semakin banyak pula, dengan demografi pengguna yang didominasi oleh kalangan anak muda.
Berbicara soal TikTok yang sedang hits saat ini, penasaran ga sih bagaimana perjalanan awal dari aplikasi ini. Siapa yang menciptakan dan bagaimana sejarah perkembangannya?
Nah, pada artikel kali ini akan diulas secara singkat mengenai sejarah dari aplikasi yang paling populer saat ini.
Siapa Penemu TikTok?
TikTok diciptakan oleh seorang engineer bernama Zhang Yiming. Zhang merupakan seorang software engineer yang lulus dari Universitas Nankai di Kota Tianjin, Cina, dengan jurusan software engineer.
Awalnya, Zhang mengambil jurusan mikroelektronik di sana. Namun, Zhang merasa bahwa jurusan tersebut semakin tidak sesuai dengan passion awalnya, sehingga ia berpindah jurusan ke jurusan software engineer.
Dengan latar belakang pendidikannya, maka Zhang memiliki kemampuan dalam membuat sebuah aplikasi. Tetapi, Zhang tidak serta merta langsung membuat aplikasi TikTok setelah lulus dari Universitas Nankai.
Jatuh Bangun Zhang Yiming Membangun Start Up
Zhang awalnya bekerja sebagai seorang teknisi website di sebuah perusahaan startup travelling yang bernama Kuxun. Setahun setelah bekerja di Kuxun, Zhang dipromosikan menjadi direktur khusus bagian teknisi (technical director) dari website Kuxun.
Setelah dua tahun bekerja sebagai technical director, Zhang bekerja di perusahaan Microsoft, namun ia merasa tidak bebas bekerja di sana, karena ada banyak sekali aturan-aturan perusahaan yang membuat Zhang semakin terkekang.
Karena tidak betah, maka Zhang meninggalkan Microsoft dan bergabung dengan startup lain yang bernama Fanfou.
Sayangnya, Fanfou tidak berhasil dan bangkrut di tengah jalan.
Pada saat itu, Kuxun hampir ingin diakusisi oleh Expedia, namun Zhang mengambil alih mesin pencarian khusus travelling milik Kuxun.
Dari sana, Zhang mengembangkan perusahaan 99Fang yang berfokus pada mesin pencarian khusus travelling. Perusahaan ini pun juga pada akhirnya bangkrut setelah berjalan selama kurang lebih 4 tahun.
Setelah itu, Zhang kemudian menggunakan keterampilan membuat aplikasinya. Ia melihat bahwa pengguna smartphone di Cina semakin susah mencari informasi di internet, karena saat itu search engine Baidu semakin tidak relevan memberi informasi karena ada banyaknya iklan terpasang di sana.
Oleh karena itu, Zhang terpikir untuk mendirikan sebuah startup yang berfokus pada pengembangan aplikasi berita. Zhang awalnya tidak mendapat investor untuk berinvestasi kepadanya, karena idenya dianggap konyol bagi para investor saat itu.
Setelah mengajak beberapa investor untuk berinvestasi di startup ini, Zhang akhirnya mendapat dana dari Susquehanna International Group.
Setelah ia mendapat dana tersebut, Zhang mendirikan startup yang bernama ByteDance yang berbasis di Kota Beijing, Cina. Produk aplikasi pertamanya bernama Toutiao, sebuah aplikasi berita berbasis kecerdasan buatan.
Setelah mendapat respon yang positif dengan adanya perilisan Toutiao, Zhang kemudian memiliki ide untuk membuat sebuah aplikasi media sosial yang berbasis video (video-based media social).
Mengapa Zhang Ingin Membuat Media Sosial Berbasis Video?
Mungkin kamu penasaran, mengapa Zhang tetap ingin membuat media sosial yang berbasis video, padahal sudah ada Facebook dan Instagram yang saat itu tengah populer? Apakah Zhang tidak takut bersaing dengan kedua media sosial raksasa tersebut?
Sebenarnya, kedua pertanyaan ini dapat dijawab dengan cukup simple. Alasan mengapa Zhang membuat aplikasi yang mirip seperti Facebook dan Instagram adalah karena kedua media sosial tersebut diblokir penggunaannya di Cina, sehingga orang Cina tidak dapat menggunakan kedua media sosial tersebut sampai sekarang.
Nah, hal inilah yang membuat Zhang ingin menciptakan sendiri aplikasi media sosial yang berbasis video, dan ia berharap agar aplikasi ini dapat digunakan oleh orang-orang di negaranya. Aplikasi ini mulai dikembangkan oleh ByteDance pada bulan September 2016.
Gonta-ganti Nama Sebelum Menjadi TikTok
Awalnya, aplikasi yang dikembangkan Zhang Yiming ini bernama A.me. Namun, setelah tiga bulan (Desember 2016), aplikasi ini berganti nama menjadi Douyin dan saat bulan itu juga aplikasi ini dirilis secara resmi.
Setelah kurang lebih sepuluh bulan Douyin dirilis secara resmi di Cina, aplikasi ini sudah berhasil mendatangkan 100 juta orang untuk menjadi penggunanya, dengan lebih dari 1 milyar video yang ditonton setiap harinya (Sumber: Georgina Smith dari Dexerto).
Adanya kesuksesan Douyin membuat ByteDance ingin memperluas pasarnya ke ranah internasional.
Namun, nama “Douyin” merupakan nama yang asing dan terkesan kurang familiar bagi orang secara internasional.
Oleh karena itu, Douyin kemudian berganti nama menjadi TikTok, nama yang kita kenal hingga saat ini. Perubahan nama itu dirilis secara resmi pada bulan September 2017, tepat satu tahun setelah perancangan awal dari aplikasi media sosial ini.
Bulan September 2017 tersebut memang menjadi bulan dicetuskannya nama “TikTok” dari ByteDance. Namun, bukan berarti pada saat itu juga aplikasi ini dirilis secara internasional.
Akusisi Musical.ly
Pada saat itu, ByteDance tertarik dengan aplikasi media sosial lain yang bernama Musical.ly. Aplikasi ini dikembangkan oleh sebuah startup dengan penciptanya bernama Alex Zhu dan Yang Luyu.
Startup ini berasal dari kota lain di Cina yaitu di Kota Shanghai, namun startup ini memiliki kantor luar negeri di Kota Santa Monica, California, Amerika Serikat.
Aplikasi Musical.ly juga merupakan aplikasi media sosial berbasis video, namun lebih menekankan pada video komedi dan video lip-sync.
Saat itu, Musical.ly sudah dikenal luas oleh masyarakat Cina dan Amerika Serikat sebagai salah satu wadah untuk meningkatkan kreativitas dalam membuat video lip-sync.
Namun walaupun dikenal luas, sepuluh bulan kemudian aplikasi ini terancam hampir ditutup karena perusahaan startup tersebut tengah mengalami masalah keuangan internal.
Nah, pada saat startup tersebut mengalami masalah keuangan, ByteDance ingin mengakuisisi Musical.ly dan menggabungkannya ke dalam aplikasi miliknya.
ByteDance sangat tertarik dengan fitur-fitur yang dimiliki oleh Musical.ly, oleh karena itulah ByteDance ingin membeli aplikasi tersebut.
Akhirnya, pada tanggal 9 November 2017, Musical.ly resmi dibeli oleh ByteDance dengan harga 1 milyar dolar AS (Sumber: Liza Lin dan Rolfe Winkler dari The Wall Street Journal).
Sejak Musical.ly diakuisisi, maka ByteDance kemudian membuat ulang TikTok dengan mengambil semua fitur yang dimiliki Musical.ly. Namun pada saat itu, Musical.ly masih dapat diakses oleh para penggunanya.
Dengan diakuisisinya Musical.ly ini, ByteDance juga berharap agar aplikasi ini dapat lebih mudah merambah ke pasar internasional, karena Musical.ly sudah memiliki banyak pengguna di Amerika Serikat.
Setelah aplikasi ini mengalami proses remake selama hampir 200 hari atau sekitar 6 bulan, aplikasi kemudian dilakukan beta test. Lalu setelah dilakukan tes selama beberapa kali, akhirnya aplikasi ini dirilis secara resmi di Amerika Serikat.
Pada saat itu juga, Musical.ly ditutup dan semua penggunanya otomatis berubah menjadi pengguna TikTok.
Saat itu, Douyin masih tetap dapat digunakan oleh masyarakat Cina, jadi dapat dikatakan bahwa Douyin merupakan TikTok versi khusus di Cina.
Sampai saat ini, tercatat bahwa TikTok pertama kali dirilis secara resmi di platform iOS dan Android pada tanggal 2 Agustus 2018.
Itulah cerita singkat di balik perilisan aplikasi TikTok yang saat ini menjadi salah satu aplikasi terpopuler di Indonesia.
Semoga cerita ini dapat menambah wawasan kamu semua ya.
Leave a Reply