TikTok merupakan salah satu media sosial yang berkembang sangat pesat selama kurang lebih tiga tahun ini. Tak ayal jika banyak pelaku bisnis saat ini berbondong-bondong untuk melakukan marketing atau pemasaran produk mereka di TikTok.
Aplikasi ini dibekali artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) sebagai salah satu “nyawa” yang sangat penting. Salah satu komponen AI yang ada pada platform ini yaitu adanya algoritma yang digunakan untuk menampilkan FYP.
FYP merupakan singkatan dari “For You” Page, atau halaman khusus untuk anda. Dari namanya saja, FYP dibuat untuk memunculkan konten-konten yang sesuai dengan tema konten yang anda sukai saat itu.
Oleh karena itu, halaman FYP ini senantiasa akan berubah menyesuaikan apa yang terakhir kali anda tonton atau sukai.
Adanya algoritma yang selalu berubah sesuai keinginan anda ini membuat TikTok ramai dibicarakan banyak orang. Hal ini pun akhirnya berujung pada jumlah penggunanya yang terus meningkat.
Media sosial ini sudah memiliki 689 juta pengguna aktif setiap bulannya per tanggal 1 Juli 2021 (Sumber: Salman Aslam dari Omnicore Agency). Angka ini menunjukkan bahwa kekuatan media sosial ini dalam menguasai dunia digital sudah tidak dapat diabaikan lagi.
Dengan jumlah pengguna aktif yang hampir 700 juta tersebut, maka TikTok kini pun dapat menjadi salah satu wadah yang efektif untuk melakukan kegiatan marketing atau pemasaran lewat media sosial, atau yang biasa disebut dengan social media marketing. Bahkan TikTok memaksa para pebisnis untuk lebih kreatif dalam mempromosikan produk mereka melalui video singkat di TikTok.
Telah banyak para pebisnis dari skala kecil hingga skala besar yang telah menggunakan TikTok sebagai salah satu media marketing atau promosi mereka. Walaupun, memang Facebook dan Instagram sudah duluan menjadi wadah social media marketing, namun bukan berarti TikTok hanya dipandang sebelah mata.
Meski TikTok masih tergolong baru untuk dijadikan sebagai media pemasaran, namun perlu diketahui bahwa TikTok adalah magnet besar yang akan selalu menarik masyarakat dunia untuk menjadi TikTokers (pengguna TikTok).
Ngoolie.id memprediksi TikTok memiliki potensi yang besar di masa yang akan datang sebagai media marketing yang sanggup bersaing dengan Facebook dan Instagram.
Pada artikel kali ini, Ngoolie.id akan memaparkan 6 alasan mengapa anda perlu melakukan social media marketing melalui TikTok.
Jumlah dari audiens yang sangat banyak
Alasan yang paling utama mengapa anda perlu melakukan marketing di TikTok adalah karena adanya jumlah penggunanya yang banyak. TikTok memiliki rata-rata 689 juta pengguna aktif setiap bulan di seluruh dunia.
Tidak hanya itu saja, aplikasi ini sudah dirilis di lebih dari 150 negara dan sudah mendukung penggunaan lebih dari 75 bahasa dari berbagai negara.
Jika anda menggunakan aplikasi ini sebagai sarana promosi anda, maka peluang anda menjangkau lebih banyak audiens pasti lebih besar juga.
Ditambah lagi, audiens TikTok tidak hanya beragam secara asal negaranya saja, namun juga beragam dari usianya juga.
Mungkin anda berpikir bahwa aplikasi ini hanya diperuntukkan bagi para remaja, yang kira-kira usianya belasan tahun. Hal ini tidaklah sepenuhnya benar, namun tidak sepenuhnya salah juga. Pasalnya, memang 41% dari TikTokers merupakan orang yang berusia 16 hingga 24 tahun (Sumber: Chris Beer dari Global Web Index).
Namun, sisanya yang 59% tersebut tidak hanya terdiri dari orang muda saja (di bawah usia 30 tahun), namun juga para orang tua yang berusia di atas 30 tahun. Bahkan, Anne Kunsman dari WordStream mengaku bahwa ayahnya yang hampir berusia 60 tahun juga sedang menggunakan aplikasi ini.
Hal ini pun juga didukung oleh data statistik yang menyatakan bahwa di Amerika Serikat semakin banyak orang tua yang menggunakan aplikasi TikTok.
Menurut Brooke Auxier dan Monica Anderson dari Pew Research Center, terdapat 48% TikTokers AS yang berusia 18 sampai 29 tahun, 22% berusia 30 sampai 49 tahun, 14% berusia 50 sampai 64 tahun, dan 4%-nya berusia lebih dari 65 tahun.
Dengan demografi pengguna TikTok yang beragam ini tentu dapat memberikan keuntungan lebih bagi anda yang memiliki target promosinya cukup luas, tidak hanya untuk beberapa kelompok masyarakat tertentu yang sangat spesifik.
Engagement rate yang sangat tinggi
Alasan yang kedua ini sangat berhubungan erat dengan alasan sebelumnya. Secara umum, jumlah pengguna dalam sebuah platform media sosial berbanding lurus dengan rata-rata engagement rate dari platform tersebut.
Engagement rate dipengaruhi oleh jumlah likes, jumlah komentar, jumlah shares, dan jumlah views dari sebuah posting-an.
Engagement rate merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan suatu proses marketing, baik yang dilakukan secara luring maupun secara daring.
Khusus untuk TikTok sendiri, HypeAuditor mengungkap bahwa pada tahun 2020, rata-rata tingkat post engagement TikTok mencapai angka 17,5%.
Nikara Johns dari Footwear News menyebutkan bahwa engagement rate di aplikasi ini mencapai 17,96%. Angka engagement rate ini lebih tinggi daripada Instagram yang memiliki engagement rate sebesar 3,85%.
Selain itu, Salman Aslam dari Omnicore Agency menunjukkan bahwa 90% TikTokers mengakses media sosial ini berkali-kali dalam sehari.
Dengan angka-angka yang cukup tinggi ini, maka peluang keberhasilan promosi anda di TikTok akan jauh lebih tinggi jika anda melakukan promosi lewat platform ini.
Dapat membangun komunitas dan meningkatkan brand awareness
Media sosial awalnya dirancang untuk “mendekatkan yang jauh”. Artinya, dimana pun kedua orang tersebut berada, kedua orang tersebut dapat tetap berkomunikasi lewat platform media sosial.
Hal itulah yang menjadi dasar terbentuknya komunitas, terutama di platform TikTok ini.
Dalam sebuah komunitas, tidak hanya dua orang yang berkomunikasi, melainkan banyak orang yang berkomunikasi dalam rentang waktu tertentu.
Biasanya komunitas akan terbentuk secara otomatis dengan adanya hashtag trending.
Misalnya saja, baru-baru ini, Shopify, sebuah perusahaan e-commerce dari Ontario, Kanada, sedang mengadakan promosi untuk menaikkan penjualan produk-produk dari merek-merek DTC-nya (DTC: direct-to-customer).
Proses marketing yang dilakukan oleh Shopify salah satunya adalah dengan membuat beberapa hashtag seperti #TikTokMadeMeBuyIt; #BuyThis; #TikTokFinds; #GotItFromTikTok; #TikTokMadeMeDoIt; dan #WhatTikTokMadeMeBuy.
Keenam hashtag ini lama-lama menjadi trend di kalangan para pembeli.
Hasilnya, para pembeli online yang menyukai produk-produk DTC tersebut, membelinya, dan mem-posting-nya di platform TikTok dengan hashtag tersebut.
Shopify mengklaim bahwa setiap post yang mengandung hashtag ini sudah ditonton lebih dari 600 juta kali per masing-masing hashtag (Sumber: Evan Horowitz dari Entrepreneur).
Hasil penjualan barang-barang DTC di Shopify yang melambung cukup tinggi ini menciptakan brand awareness yang tinggi pula, karena hashtag-nya menimbulkan trend dan membuat semakin banyak orang ingin ikut serta dalam trend tersebut.
Orang malas menonton iklan
Sebuah penelitian dari H. B. Duran dari A List Daily mengungkap bahwa 82% anak muda zaman sekarang sangat senang melewati iklan saat sedang browsing.
Selain itu, Duran juga menyebutkan bahwa 51% anak muda mengatifkan fitur ad-blocker saat mereka sedang berselancar di dunia maya.
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya kebanyakan orang terlalu malas untuk menonton iklan.
Oleh karena itu, dalam melakukan proses marketing terutama di media sosial, akan jauh lebih baik jika anda membuat iklan yang tidak terlihat seperti iklan pada umumnya.
Anda tidak perlu membuat konten yang terkesan seperti “mengejar-ngejar pembeli” dan membombardir audiens anda dengan banyaknya iklan yang muncul pada feed audiens anda.
Nah, media sosial TikTok merupakan platform yang sangat cocok dalam membuat iklan yang tampilannya “tidak seperti iklan”.
Jika anda melakukan promosi lewat platform ini, maka tanpa membuat iklan pun, konten-konten organik anda akan tetap dilihat oleh komunitas selama anda memberdayakan hashtag yang relevan pada posting-an anda.
Apalagi dengan engagement rate yang tinggi, sudah pasti viewer anda akan meningkat lebih pesat daripada yang anda pikirkan.
Salah satu contohnya adalah NFL (National Football League) di Amerika Serikat. NFL sudah menggunakan platform ini sejak September 2019 sebagai akun yang mengenalkan dunia persepakbolaan kepada masyarakat dunia yang lebih luas lagi.
Pada bulan itu juga, NFL membuat hashtag #WeReady sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap tim nasional AS yang sedang bertanding.
Hashtag ini pun direspon baik oleh komunitas sepak bola di TikTok, dengan total sebanyak 427 juta view dari seluruh konten #WeReady (Sumber: Shorty Awards).
Dapat meningkatkan kreativitas
Konsep konten pada TikTok menekankan kepada video pendek yang durasinya kurang dari 60 detik.
Karena inilah, bagi anda yang ingin promosi lewat platform ini, mau tidak mau anda harus mengasah kreativitas anda dalam membuat konten promosi anda.
Bayangkan saja, anda harus membuat konten yang mengena, tepat sasaran, bermakna penting, dan visually attractive dengan durasi yang tidak lebih dari satu menit.
Hal ini tentu saja agak menyulitkan para marketer yang terbiasa melakukan promosinya dengan menggunakan video berdurasi panjang.
Satu menit merupakan durasi yang sangat singkat, oleh karena itu marketer yang ingin terjun ke platform satu ini harus membuat konten yang sejelas mungkin dan semenarik mungkin, tapi dengan durasi sesingkat mungkin.
Oleh karena itu, terkadang ada beberapa marketer yang membuat konten yang agak nyeleneh, aneh, namun tetap disenangi banyak orang sehingga proses promosi pun tetap berhasil.
Salah satunya adalah NBA, yang mengunggah konten melemparkan kue ke muka orang saat merayakan Hari Kue Nasional.
Dapat menghemat biaya
Karena engagement rate dan pengguna yang jumlahnya terus akan meningkat setiap waktunya, maka tidak heran jika promosi di TikTok dapat menghemat biaya yang cukup signifikan.
Bagaimana tidak, saat anda membuat promosidi platform ini, konten-konten organik anda pasti akan terus ditonton orang, selama anda memasukkan hashtag yang tepat untuk konten organik anda.
Jadi, tanpa memasang iklan berbayar pun, konten anda akan tetap dilihat banyak orang.
Sarah Ali dari Ignite Visibility memaparkan bahwa bagi bisnis-bisnis kecil yang baru saja berkembang dan belum memiliki brand yang kuat, melakukan promosi lewat media sosial ini tidak akan memberatkan pebisnis baik secara waktu maupun biaya.
Bisnis kecil tersebut akan bisa meraih audiensyang cukup bagi perkembangkan bisnisnya, hanya lewat konten organik saja.
Lebih lanjut lagi, saat Sarah Ali mewawancarai Katy Lucey yang merupakan salah satu direktur Tinuiti, Lucey menyebutkan bahwa biaya pemasangan iklan di Facebook semakin lama semakin mahal harganya.
Oleh karena itu, menurut Lucey sudah waktunya para pemilik brand mencari platform media sosial baru agar tetap dapat meningkatkan potensi brand-nya tanpa harus mengeluarkan banyak uang untuk pemasaran.
Itulah beberapa alasan mengapa anda harus melakukan social media marketing lewat TikTok.
Setelah anda membaca artikel ini, apakah anda tertarik untuk mempromosikan bisnis anda lewat platform yang satu ini?
Jika anda tertarik, segeralah bergabung menjadi TikToker dan posting-lah konten anda secara rutin dan gunakan hashtag yang relevan. Raihlah audiens yang lebih luas dan anda akan melihat bisnis anda berkembang secara signifikan nantinya.
Leave a Reply