TikTok saat ini menjadi salah satu media sosial berbasis video yang paling populer selama kurang lebih tiga tahun belakangan ini. Statistik dan fakta menarik menunjukkan bahwa kepopuleran aplikasi TikTok sudah merambah ke berbagai belahan dunia.
Walaupun aplikasi ini tidak diciptakan oleh perusahaan besar, namun fakta menariknya, aplikasi ini tetap dapat bersaing hingga sekarang dengan media sosial lainnya yang diciptakan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, Snapchat, YouTube, dan Twitter.
Adanya TikTok yang masuk dalam pasar media sosial ini membuat persaingan antara sesama media sosial semakin lama semakin ketat, terutama media sosial yang mengutamakan visual sebagai bahan kontennya.
Jika kita lihat perjalanan dari aplikasi ini, maka kita harus kembali melihat tahun 2016. Pada saat itu, tidak ada kata “TikTok” yang dikenal sekarang ini.
Aplikasi ini memiliki nama awal A.me yang dirilis pada bulan September 2016 oleh Zhang Yiming selaku founder dan CEO dari ByteDance. A.me kemudian berganti nama menjadi Douyin pada bulan Desember 2016.
Semenjak perilisannya di Cina, aplikasi ini sudah memiliki 100 juta users yang terdaftar sebagai pengguna aktifnya (Sumber: Georgina Smith dari Dexerto). Lalu, Douyin berganti nama menjadi TikTok sejak bulan September 2017.
Pergantian nama ini menandakan bahwa aplikasi ini sudah siap memasuki pasar internasional dan bersaing dengan media sosial lainnya. Kemudian, aplikasi ini kembali mengalami perubahan yang signifikan, baik dari user interface-nya maupun dari kelengkapan fitur-fitur yang disajikan.
Sejak perilisan pertamanya, aplikasi ini telah diunduh sebanyak lebih dari 104 juta kali di App Store pada awal pertengahan tahun 2018 (Sumber: Wikipedia).
Sekitar setahun setelah aplikasi ini dirilis, pada tanggal 2 Agustus 2018, ByteDance mengakusisi Musical.ly yang sudah lama berkecimpung di pasar media sosial terutama di Cina dan Amerika Serikat.
Adanya merger antara TikTok dan Musical.ly ini menghasilkan sebuah versi TikTok yang lebih kekinian dan lebih lengkap, apalagi setelah diberikan fitur-fitur asli dari Musical.ly.
Sejak penggabungan itu, aplikasi dari ByteDance ini semakin banyak digandrungi orang. Aplikasi ini melanjutkan prestasi yang sudah pernah dicapai oleh Musical.ly, yaitu menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh oleh masyarakat di Amerika Serikat pada bulan Oktober 2018 (Sumber: Wikipedia).
Pencapaiannya bahkan melebihi Musical.ly, aplikasi ini juga merupakan aplikasi yang diunduh paling banyak di Jepang dan Thailand pada tahun 2018 (Sumber: Thomas Graziani dari Walk The Chat).
Selain itu, masih banyak lagi lho pencapaian yang sudah diraih oleh aplikasi ini. Penasaran ‘kan?
Nah, pada artikel kali ini Ngoolie.id akan membawa anda untuk melihat statistik dan beberapa fakta menarik mengenai media sosial yang satu ini.
Meskipun ByteDance selaku founder dari aplikasi ini tidak pernah secara jelas menyajikan data-data yang berhubungan dengan aplikasinya.
Namun, dari beberapa penelitian dan data statistik yang beredar banyak di internet sekarang, mencari hal-hal menarik tentang aplikasi ini bukanlah pekerjaan yang sulit.
Berikut ini beberapa data statistik yang telang Ngoolie.id rangkum sebagai fakta menarik tentang TikTok.
Memiliki 1 milyar video yang ditonton setiap harinya
Sejak dirilis pertama kalinya pada bulan September 2017, sudah banyak video yang diunggah ke platform ini sampai sekarang.
Dilansir dari Salman Aslam dari Omnicore Agency, para pengguna aplikasi ini menonton lebih dari 1 milyar video setiap harinya.
Angka ini pun juga berbanding lurus dengan jumlah pengguna aktifnya, dimana aplikasi ini memiliki sekitar 689 juta pengguna yang aktif setiap bulannya (Sumber: Simon Kemp dari Data Reportal).
Dari 689 juta pengguna aktif tersebut, 100 jutanya merupakan pengguna aktif bulanan yang berdomisili di Amerika Serikat (Sumber: Salman Aslam dari Omnicore Agency).
Angka-angka ini mengejutkan sekali, bukan? Menurut Ngoolie.id, dengan jumlah pengguna aktif sebanyak itu, tentu merupakan hal yang wajar jika terdapat 1 milyar video yang ditonton setiap harinya.
Ditambah lagi format kontennya yang merupakan video singkat dengan durasi kurang dari satu menit, membuat penggunanya akan menonton lebih dari satu video setiap kali mereka menggunakan aplikasi ini.
Selain itu juga, Werner Geyser dari Influencer Marketing Hub menyatakan bahwa setiap harinya, para TikTokers (sebutan bagi pengguna TikTok) di Amerika Serikat menghabiskan kira-kira lebih dari 850 menit atau sekitar 14 jam per bulannya untuk menonton video di aplikasi ini.
Hal ini pun juga didukung dengan data dari Chris Beer dari Global Web Index yang menyatakan bahwa 68% para TikTokers memiliki rutinitas yaitu menonton video orang lain setiap kali mereka menggunakan aplikasi ini.
Dari adanya data-data tersebut, maka tidak heran jika terdapat 1 milyar video yang ditonton setiap harinya di media sosial TikTok.
Sudah dirilis di lebih dari 150 negara
Saat peluncuran awal, aplikasi ini lebih ditujukan kepada masyarakat Amerika Serikat. Oleh karena itu, ByteDance mengakusisi Musical.ly yang sudah dikenal di Amerika Serikat.
Selain karena alasan fiturnya, akusisi Musical.ly bertujuan agar TikTok lebih mudah untuk penetrasi di pasar Amerika Serikat.
Namun, seiring berjalannya waktu, aplikasi ini tidak hanya dirilis di Amerika Serikat saja. Saat ini, TikTok sudah dirilis di 155 negara dan sudah men-support sekitar 75 bahasa dari seluruh dunia (Sumber: Mansoor Iqbal dari Business of Apps dan TikTok Creator Marketplace).
Pada tahun 2020, diperkirakan pengguna aktif dari aplikasi ini paling banyak berasal dari Amerika Serikat, Indonesia, dan Rusia (Sumber: Debra Aho Williamson dari E-Marketer).
Pertambahan jumlah pengguna ini paling banyak terjadi di negara Norwegia, Rusia, dan Italia (Sumber: Insider Intelligence Editors dari E-Marketer).
Negara dengan jumlah pengunduh terbanyak pada bulan Desember 2020 adalah Cina dan Amerika Serikat (Sumber: Julia Chan dari Sensor Tower).
Menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh selama tiga tahun berturut-turut
TikTok telah menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh baik di App Store dan di Google Play Store selama tiga tahun, yaitu dari tahun 2018 sampai 2020 (Sumber: Qian Chen dari CNBC, Katie Jones dari Visual Capitalist, dan Adam Blacker dari AppTopia).
Beberapa riset terbaru juga menunjukkan bahwa pada tahun 2021, diperkirakan bahwa aplikasi ini kembali merajai peringkat aplikasi dengan unduhan paling banyak selama setahun ini (Sumber: Julia Chan dari Sensor Tower).
Tidak tanggung-tanggung, jumlah unduhan ini melebihi jumlah unduhan Facebook, YouTube, bahkan Instagram (Sumber: Sarah Perez dari TechCrunch dan Julia Chan dari Sensor Tower).
Jumlah unduhan yang paling terlihat pesat perkembangannya adalah jumlah unduhan pada tahun 2018, dimana pada tahun itulah aplikasi ini memang sedang memasuki masa awal dimana masyarakat dunia (selain di Cina) mulai mengenal aplikasi yang satu ini.
Sampai akhir tahun ini, diperkirakan bahwa aplikasi ini akan semakin banyak diunduh orang, karena platform ini semakin disukai banyak orang terutama bagi para remaja di Amerika Serikat (Sumber: Salman Aslam dari Omnicore Agency).
Selain itu, jumlah orang dewasa di Amerika Serikat yang menggunakan media sosial ini juga meningkat 5,5 kali lipat setiap tahunnya (Sumber: Maryam Mohsin dari Oberlo).
Sering membuat tren video
Platform media sosial satu ini juga sering membuat trend video bagi para pengguna media sosial apapun.
Dari media sosial ini juga, banyak dihasilkan video-video yang viral dan membawa seorang TikToker biasa menjadi seorang figur publik hanya karena pernah mengunggah setidaknya satu video yang viral.
Jadi, dapat dikatakan bahwa platform ini membawa banyak pengaruh dalam dunia videografi kepada platform media sosial lainnya seperti YouTube atau Instagram.
Karena media sosial ini dianggap merupakan versi terkini dari Musical.ly, maka otomatis semua tren yang sudah ada di Musical.ly kala itu dibawa juga ke media sosial ini.
Beberapa tren tersebut adalah video lip-sync, video duet, video komedi, dan video meme. Konon, disebutkan bahwa meme lahir dari platform ini sebelum merambah ke YouTube dan Instagram.
Tren ini pun merambah ke dunia makanan. Banyak nama-nama makanan yang kita tidak ketahui sebelumnya, namun menjadi viral gara-gara media sosial satu ini. Beberapa makanan tersebut antara lain kopi dalgona, roti awan, dan madu beku.
Video terviral pada tahun 2020 di media sosial ini adalah video Bella Poarch (@bellapoarch) yang membuat video lip-sync dari lagu “M to the B” oleh Millie B. Video ini sudah ditonton lebih dari 520 juta kali dan sudah disukai orang sebanyak lebih dari 43 juta kali (Sumber: Erica Perry dari Social Media Week).
Ditenagai oleh kecerdasan buatan
Siapa yang sudah tahu bahwa pencipta media sosial ini yaitu perusahaan ByteDance merupakan salah satu perusahaan Cina yang kerap menggunakan artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) pada hampir semua produknya?
Ya, Zhang Yiming selaku ByteDance founder memang sudah menerapkan AI sejak produk pertamanya yaitu Toutiao.
Toutiao merupakan aplikasi pencari berita yang menggunakan AI, sehingga berita tersebut akan ditampilkan menyesuaikan dengan ketertarikan dari si pembaca berita tersebut.
Selain Toutiao, ByteDance juga memiliki professional video platforms yang bernama Zigua Video dan Huoshan atau content platforms yang bernama News Republic dan BuzzVideo.
Keempat platform ini semuanya menggunakan AI agar pengguna mendapatkan pengalaman yang lebih baik dalam menggunakan aplikasi tersebut.
TikTok dan Douyin juga menggunakan AI, oleh karena itu tak heran jika konten yang ditawarkan untuk anda memang merupakan konten yang anda ingin tonton. Seakan-akan aplikasi ini lebih memahami hati anda daripada orang terdekat anda. Menarik, bukan?
Menghasilkan keuntungan sebesar 1 milyar dolar AS pada tahun 2020
Seiring dengan bertambahnya popularitas TikTok di seluruh dunia, maka keuntungan yang diperoleh oleh ByteDance hanya dari platform ini diperkirakan berjumlah sangat fantastis lho.
Pada tanggal 29 Juli 2020, Echo Wang, Kane Wu, dan Julie Zhu dari Reuters memperkirakan bahwa keuntungan ByteDance dari satu aplikasi ini saja bisa sebesar 1 milyar dolar AS pada akhir tahun 2020. Ditambah lagi, aplikasi ini dinilai sebesar 50 milyar dolar AS.
Dari sumber yang sama, Douyin sendiri juga diharapkan oleh ByteDance untuk menghasilkan keutungan sebesar 28 milyar dolar AS pada akhir tahun kemarin.
Dengan harga dari aplikasi ini yang cukup fantastis, maka tidak heran jika perusahaan ByteDance itu sendiri juga dihargai sangat tinggi.
Valuasi perusahaan AI ini pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 75 milyar dolar AS (Sumber: Bernard Marr dari Forbes), dan naik pada tahun 2020 sebesar 140 milyar dolar AS (Sumber: Echo Wang, Kane Wu, dan Julie Zhu dari Reuters).
Angka ini diperkirakan naik kembali pada bulan Maret 2021 mencapai 250 milyar dolar AS (Sumber: Lulu Yilun Chen, Coco Liu, dan Huang Zheping dari Bloomberg).
Aplikasi ini juga dimasukkan ke dalam daftar Morning Consult sebagai brand ketiga dengan pertumbuhan paling cepat pada tahun 2020, dengan posisi pertama diduduki oleh Zoom dan posisi keduanya diduduki oleh Peacock.
Memiliki engagement rates sebesar 17,5% pada tahun 2020
Bagi anda yang terbiasa berkecimpung dalam dunia media sosial, terutama bagi anda yang sering melakukan social media marketing, maka tingkat engagement merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui.
Pada tahun 2020, rata-rata tingkat post engagement di platform ini mencapai 17,5% (Sumber: HypeAuditor).
Angka ini dipengaruhi oleh unsur-unsur engagement pada media sosial secara umum, seperti jumlah likes, jumlah komentar, jumlah shares, dan jumlah views.
Setiap posting-an tentu memiliki tingkat engagement yang berbeda. Dilansir dari HypeAuditor, tingkat engagement tertinggi dimiliki oleh akun dengan 1.000 hingga 5.000 followers, yaitu sebesar 21,10%. Sementara tingkat engagement tertinggi dimiliki oleh akun dengan 100.000 hingga 500.000 followers, yaitu sebesar 15,53%.
Brandon Doyle dari Wallaroo mengungkap fakta menarik berkaitan dengan engagement ini. Doyle mengungkap bahwa sekitar tanggal 14 Juni 2021, Jennifer Lopez mengunggah satu video yang sama di akun Twitter dan TikTok-nya.
Lopez memiliki 45 juta followers di Twitter dan 5 juta followers di TikTok. Namun lucunya, video tersebut memiliki 2 juta views di Twitter, tapi di TikTok, video tersebut memiliki 71 juta views.
Padahal, jika anda lihat jumlah followers Jennifer Lopez antara di TikTok dan di Twitter, followers-nya di TikTok terbilang sangat sedikit ‘kan? Dan tiba-tiba saja, videonya lebih banyak ditonton orang lewat media TikTok dibanding Twitter.
Cerita ini benar-benar menunjukkan bahwa tingkat engagement dari media sosial ini jauh lebih tinggi daripada yang anda perkirakan.
Menjadi sumber inspirasi baru bagi media sosial lain
Adanya banyak video viral dan meme yang terus menerus berubah trennya menunjukkan bahwa media sosial TikTok benar-benar menjadi trend leader pada beberapa tahun belakangan ini.
Oleh karena itu, banyak media sosial lain yang sebenarnya merupakan pesaing dari media sosial ini malah mengadopsi konsep video yang sudah ada dari platform satu ini.
Salah satu contoh nyata dari poin ini adalah diluncurkannya Reels dari Instagram pada tanggal 5 Agustus 2020.
Disusul lagi dengan adanya Shorts dari YouTube pada tanggal 18 Maret 2021 yang merupakan konsep video vertikal pendek pertama di platform tersebut. Sampai sekarang, fitur Shorts ini masih dalam versi beta di YouTube.
Pada 19 Agustus 2021 kemarin, Facebook mengumumkan bahwa timnya sedang melakukan tahap testing untuk Facebook Reels-nya (Sumber: Ashley Carman dari The Verge).
Hal ini membuktikan bahwa media sosial yang satu ini sungguh memberi pengaruh nyata bagi media sosial pesaingnya.
Sering diblokir di beberapa negara
Terlepas dari berbagai keberhasilan yang sudah dicapai, ternyata TikTok tidak selalu diterima dengan baik oleh pemerintah-pemerintah negara di dunia.
Penggunaan media sosial ini yang terpisah secara internasional dan secara domestik di Cina sudah menunjukkan bahwa penggunaan media sosial sangat diatur ketat di Cina.
Oleh karena itu, masyarakat Cina tidak dapat mengakses TikTok internasional, mereka hanya dapat mengakses Douyin yang khusus dibuat untuk mereka. Namun, hal ini tidak berlaku pada masyarakat Hong Kong dan Macau.
Selain itu, pada bulan Juli 2020 kemarin, pemerintah India memblokir penggunaan media sosial ini. Pemblokiran ini membuat Instagram cepat-cepat menembus pasar India untuk memperkenalkan Reels di sana (Sumber: Wikipedia).
Adanya pemblokiran ini membuat 200 juta akun dari India tidak dapat diakses sama sekali, dengan 96,46% konten dihapus dari platform ini (Sumber: Deepti Ratnam dari India).
Di Amerika Serikat sendiri, mantan Presiden Donald Trump mengeluarkan aturan pemblokiran jika ByteDance tidak menjual aplikasi ini ke salah satu perusahaan teknologi dari AS seperti Microsoft, Walmart, atau Oracle (Sumber: Jane Li dari Quartz).
Aturan ini membuat ByteDance harus memperkarakan Trump secara hukum, dan meminta agar aturan pemblokiran tersebut dicabut (Sumber: Mike Isaac dari The New York Times).
Setelah Trump lengser dan digantikan oleh Presiden Joe Biden, aturan pemblokiran tersebut dicabut.
Media sosial ini diserahkan sepenuhnya kepada Sekretaris Perdagangan untuk memberi keputusan pemblokiran lagi nantinya jika media sosial ini memberikan ancaman bagi keamanan negara kelak (Sumber: Makena Kelly dari The Verge).
Sering menimbulkan kontroversi
Selain sering diblokir, aplikasi ini pun juga sering menimbulkan kontroversi.
Salah satu kontroversi yang paling sering terjadi yaitu banyak orang tua yang mempertanyakan keamanan dari aplikasi ini jika digunakan oleh anaknya yang belum genap memasuki usia 18 tahun (Sumber: Maressa Brown dari Parents).
Merespon kontroversi ini, ByteDance menambahkan fitur-fitur kecil bagi para users-nya yang berusia di bawah 18 tahun seperti pengaturan push notifications, direct messaging, dan parental control.
Selain itu, karena algoritmanya yang sangat menarik hati banyak penggunanya, maka penggunanya ketagihan dalam menggunakan aplikasi ini.
Efek addiction ini diketahui dari penelitiannya Ali Sheikholeslamy dari App Ape Lab. yang menyatakan bahwa efek addiction ini bisa mencapai lebih dari tiga kali lipat dibandingkan Twitter addiction.
Beberapa hal yang membuat aplikasi ini lebih membuat ketagihan yaitu jenis konten yang disajikan. Biasanya, orang akan jauh lebih senang menonton video yang visually attractive daripada membaca tweets yang panjangnya 140 karakter.
Selain itu, konsep video pendek juga membuat orang ingin menonton lebih banyak video per harinya, dengan tujuan agar orang tetap dapat update dengan tren dan video yang sedang viral saat itu.
Itulah beberapa data statistik dan fakta menarik seputar TikTok. Dari fakta-fakta tersebut, tak ayal jika kini TikTok menjadi media sosial yang paling digemari generasi muda. Lebih jauh lagi, kini TikTok tak bisa dipandang sebelah mata sebagai media promosi dan marketing yang menarik mengingat tingkat engagement pada aplikasi ini jauh lebih baik.
Leave a Reply