gojek

Gojek: Berawal dari Layanan Ojek Lewat Call Center Hingga Unicorn Pertama di Indonesia

Saat ini kita tentu sudah tidak asing lagi dengan Gojek (ditulis dengan gaya GO-JEK, Go-jek, GoJek atau gojek). Banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di berbagai kota-kota besar sudah merasakan manfaat dari aplikasi ini untuk menunjang aktivitas mereka sehari-hari.

Adanya aplikasi ini membuat banyak masyarakat yang ingin bepergian tidak perlu membeli sebuah kendaraan pribadi. Dengan aplikasi ini, tanpa kendaraan pribadi pun, masyarakat sudah dapat merasakan layanan transportasi yang cepat, nyaman dan relatif murah.

Keberadaan aplikasi ini dapat menjadi sebuah pilihan mode transportasi yang patut dipertimbangkan oleh masyarakat yang terbiasa menggunakan kendaraan umum. Bahkan, aplikasi ini jauh lebih membantu masyarakat daripada kendaraan umum lainnya, karena aplikasi ini menyediakan layanan yang sifatnya lebih individual.

Beberapa layanan yang “lebih individual” ini seperti adanya layanan chat pribadi dengan sang sopir, serta titik penjemputan dan pengantaran yang benar-benar bisa diatur sebebasnya oleh masyarakat. Hal ini tentu saja berbeda dengan kendaraan umum lain, yang biasanya masyarakat harus pergi ke sebuah stasiun atau pangkalan (pool)terlebih dahulu untuk bisa menikmati fasilitas kendaraan umum tersebut.

Sejak perkembangannya, aplikasi yang asli buatan Indonesia ini sudah mendapat banyak prestasi serta respon yang positif dari berbagai pihak.

Salah satunya yaitu, saat KTT G20 di Roma, Italia pada tanggal 30 hingga 31 Oktober 2021 kemarin, Ratu Belanda yang bernama Maxima Zorreguieta Cerruti memberikan pujian terhadap startup ini.

Dilaporkan oleh Rully R. Ramli dari Kompas, beliau menyatakan bahwa Indonesian startup ini dapat dijadikan sebagai contoh inspiratif bagi masyarakat untuk senantiasa membangkitkan UMKM-nya (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).

Aplikasi ini bermula dari layanan ojek yang berbasis aplikasi. Saat ini, aplikasi ini sudah tersedia di 50 kota di Indonesia, dan beberapa negara tetangga seperti di Thailand, Vietnam dan Singapura.

Sampai saat ini, aplikasi ini sudah diunduh di Google Play Store dan di App Store lebih dari 100 juta kali. Jumlah layanan yang disediakan pada aplikasi ini juga semakin beragam, seperti adanya layanan transportasi mobil (GoCar), layanan antar makanan (GoFood), dan layanan pembayaran digital (GoPay).

Sejarah Berdirinya Gojek

Gojek didirikan oleh seorang warga negara Indonesia lulusan Master Administrasi Bisnis (Master of Business Administration) dari Sekolah Bisnis Harvard (Harvard Business School) yang bernama Nadiem Makarim.

Aplikasi ini dibuat sebagai bentuk refleksi dari pengalaman sehari-harinya, dimana ia selalu menggunakan ojek yang memangkal di suatu tempat untuk berangkat ke kantornya.

Nadiem selalu menggunakan ojek pangkalan tersebut agar ia dapat pergi ke kantor tanpa harus mengalami kemacetan di jalan.

Saat itu, Nadiem bekerja sebagai Co-Founder dan Managing Director di Zalora Indonesia dan sebagai Chief Innovation Officer di Kartuku.

Selama menggunakan ojek pangkalan, dia kerap kali melihat beberapa sopir ojek yang hanya menunggu di pangkalan sampai datang penumpang.

Menurut Nadiem, sopir ojek tersebut harusnya bisa mendapatkan penghasilan lebih banyak, daripada hanya sekadar menghabiskan waktu di pangkalan untuk menunggu penumpang.

Hal ini kemudian diperparah dengan kondisi lalu lintas di Jakarta yang sering macet, sehingga membuat baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang beroda empat semuanya harus menghadapi kemacetan.

Dengan kondisi seperti itu, maka menggunakan kendaraan umum tidak menjamin seseorang untuk bebas dari kemacetan, karena kendaraan-kendaraan umum tersebut juga menggunakan ruas jalan yang sama dengan kendaraan pribadi.

Dari keadaan inilah, ide cemerlang muncul dari Nadiem untuk mengoptimalkan layanan ojek.

Dengan ide ini, dia berharap agar para sopir ojek tersebut bisa memperoleh pendapatan yang lebih baik, dan juga menyediakan layanan transportasi umum yang lebih murah dan lebih cepat untuk masyarakat.

Ide ini akhirnya dieksekusi pada tanggal 13 Oktober 2010 dengan melibatkan 20 sopir ojek.

Waktu itu, sistem pemesanan ojek masih mengandalkan call centre, dimana call center ini bertujuan untuk memesan ojek, dan menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek yang ada.

Seiring berjalannya waktu, ada semakin banyak ojek berbasis aplikasi yang juga mulai berkembang di masyarakat. Salah satu dari aplikasi ini bernama Uber, yang dikembangkan oleh salah satu startup dari San Francisco, Amerika Serikat.

Saat itu, Uber semakin populer dan semakin banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai negara, salah satunya di Indonesia. Melihat popularitas Uber yang kian meningkat, Nadiem ingin mengubah sistem pemesanan ojek miliknya yang masih mengandalkan call centre.

Pertengahan tahun 2014 merupakan masa-masa keemasan bagi Nadiem. Pada waktu itu, Nadiem mulai mendapat tawaran untuk berinvestasi. Investasi ini membuahkan hasil, yaitu aplikasi Gojek yang berbasis di Android dan iOS.

Aplikasi ini dirilis secara resmi pada tanggal 7 Januari 2015. Dengan adanya aplikasi ini, maka para penumpang semakin dimudahkan untuk menghubungi pengemudi ojeknya.

Pada perkembangannya, aplikasi ini banyak mendapat suntikan dana dari berbagai investor. Hingga bulan Agustus 2016, startup ini resmi berstatus sebagai unicorn pertama di Indonesia, dengan total valuasi lebih dari 1 miliar US$.

Pada bulan Januari 2018, Google secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah memberikan sejumlah dana untuk startup ini. Dilansir dari Jon Russell dari Tech Crunch, investasi ini merupakan investasi pertama yang dilakukan oleh Google kepada startup di Asia.

Sebulan setelah mendapat suntikan dana dari Google, Astra International yang merupakan perusahaan otomotif terbesar di Indonesia juga mengumumkan bahwa mereka ikut berinvestasi sebesar 150 juta US$, atau sekitar 2 triliun rupiah di startup ini.

Kemudian, Djarum Group melalui PT. Global Digital Niaga juga menyusul memberikan dana.

Pada bulan Juni 2020, Facebook dan PayPal juga ikut berinvestasi di startup ini.

Dengan adanya banyak sekali dukungan dana yang didapat, maka startup ini berusaha untuk semakin mengembangkan aplikasinya.

Pengembangan aplikasi ini dimulai dengan akuisisi beberapa perusahaan IT dan startup di India dan membuka head office di Bengaluru.

Setidaknya ada 4 perusahaan India yang diakuisisi oleh Gojek, yaitu C42 Engineering, CodeIgnition, Pianta, dan LeftShift Technologies pada Februari 2016.

Gojek mengakusisi C42 Engineering, CodeIgnition, dan LeftShift untuk mengembangkan aplikasi dan sistem IT-nya.

Hal ini dirasa perlu untuk dilakukan, karena aplikasi Gojek semakin lama semakin banyak penggunanya, sehingga harus mampu menanggulangi traffic pengguna pada aplikasi tersebut.

Saat itu, aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 11 juta kali di Android dan di iOS, dan sudah tersedia 200 ribu pengemudi ojek yang siap mengakomodir kebutuhan penggunanya.

Gojek juga melakukan aksi akuisisi Pianta untuk mengembangkan layanan kesehatan pada aplikasinya. Pianta adalah sebuah marketplace layanan kesehatan di India.

Selain layanan transportasi online berbasis aplikasi, startup ini juga menambah layanan lain pada aplikasinya. Aplikasi ini mengembangkan sayapnya dalam layanan fintech (financial tech) yang bernama GoPay.

Untuk menyediakan layanan GoPay, Gojekmengakuisisi Ponselpay, sebuah perusahaan keuangan milik MVCommerce yang telah memiliki lisensi uang elektronik dari Bank Indonesia.

Pada tanggal 8 Agustus 2017, Loket diakuisisi oleh startup ini. Loket merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang event management dan ticketing.

Adanya akuisisi Loket ini membuat aplikasi ini menambah layanan baru dalam bidang hiburan, yaitu GoTix yang dapat digunakan pengguna untuk memesan tiket bioskop dan pertunjukan musik.

Tidak hanya itu saja, pada tanggal 15 Desember 2017, startup ini juga mengakuisisi tiga perusahaan keuangan lain yaitu Kartuku, Midtrans dan Mapan.

Semua akuisisi ini dilakukan oleh Gojek untuk mendukung pengembangan dari GoPay, agar layanan fintech ini dapat digunakan untuk keperluan lain di luar pemesanan ojek, seperti membayar tagihan listrik, dan keperluan lainnya.

Pengembangan dan Ekspansi Gojek

Selain di dalam negeri, Gojek juga mengembangkan sayapnya di beberapa negara tetangga.

Pada tanggal 24 Mei 2018, startup ini mengumumkan bahwa mereka sudah berekspansi ke Vietnam, Thailand, Singapura dan Filipina. Mereka mengucurkan dana secara besar-besaran untuk ekspansi ini, yaitu sekitar 500 juta US$ atau setara dengan 7,1 triliun rupiah.

Ekspansi ini resmi dilakukan pada tanggal 25 Juni 2018, dengan memperkenalkan GoViet di Vietnam dan GET di Thailand.

Ekspansi ini menggandeng tim lokal untuk menjalankan operasionalnya di negara masing-masing. Startup ini juga berusaha untuk mematuhi kebijakan yang berlaku di masing-masing negara, namun tetap mengandalkan dukungan teknologi dan standar operasional yang berlaku di semua negara.

Setelah sukses di Vietnam dan Thailand, startup ini kemudian mulai memasuki pasar Singapura. Pada tanggal 29 November 2018, sebuah versi beta sudah resmi beroperasi di Singapura.

Namun, versi beta ini hanya dapat beroperasi di beberapa wilayah di Singapura saja, yaitu di Central Business District, Jurong East, Pungol, Ang Mo Kio, dan Sentosa.

Hingga pada 10 Januari 2019, aplikasi ini resmi beroperasi di seluruh daerah Singapura, tetapi aplikasi ini tidak menyediakan layanan GoRide karena pemerintah Singapura tidak mengijinkan penggunaan sepeda motor sebagai transportasi umum.

Startup ini juga terus berusaha untuk meningkatkan layanannya dengan menambah jumlah perusahaan rekanan. Sebut saja perusahaan taksi Blue Bird yang memulai kerjasamanya pada Januari 2017.

Adanya kerjasama ini membuat pengemudi taksi Blue Bird dapat menerima pesanan melalui layanan GoCar di aplikasi ini.

Hal yang sama juga berlaku pada Trans Cab, sebuah perusahaan dari Singapura yang menyediakan layanan seperti perusahaan Blue Bird.

Dampak Sosial Gojek

Sebuah riset yang dilakukan oleh Alfindra Primaldhi dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyebutkan bahwa keberadaan startup ini sudah memberikan kontribusi sebesar 8,2 triliun rupiah per tahun bagi perekonomian Indonesia. Hasil riset ini diambil dari hasil wawancara dengan 4.199 responden yang merupakan mitra pengemudi.

Selain itu, riset ini juga menyatakan bahwa startup ini juga sudah memberikan kontribusi kepada UMKM Indonesia sebesar 1,7 triliun rupiah per tahunnya. Hal ini terbukti dengan banyaknya mitra UMKM yang bekerja sama dengan startup ini.

Mitra UMKM ini bergerak dalam banyak bidang, salah satunya dalam industri food and beverage (F&B), dimana banyak rumah makan dan warung yang mendaftarkan diri menjadi GoFood partner.

Keterlibatan mereka menjadi GoFood partner ini membuat usaha mereka semakin banyak diakses oleh banyak pengguna aplikasi Gojek dari berbagai tempat, dan tentunya membuat hasil penjualan mereka meningkat dengan pesat.

Lebih jelasnya lagi, anda dapat melihat bagaimana aplikasi ini benar-benar dapat membantu orang yang tidak mempunyai pekerjaan, atau bahkan mahasiswa yang ingin menambah uang saku mereka.

Mereka dapat mendaftarkan diri menjadi Gojek partner, atau menjadi mitra pengemudi di dalam aplikasi ini, sehingga mereka bisa mendapat uang saku dari hasil mengantarkan penumpang, atau bahkan makanan, dari satu tempat ke tempat lainnya.

Memang, kehadiran aplikasi ini dapat memberikan dampak positif yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Walaupun demikian, kehadiran aplikasi ini juga memberikan dampak negatif.

Salah satu dampak negatifnya yaitu munculnya konflik sosial antara pengemudi GoRide dengan pengemudi ojek pangkalan, yang merasa bahwa lahan usahanya semakin lama semakin diambil alih.

Hal serupa juga terjadi dengan para pengemudi GoCar, dimana banyak pelaku transportasi angkutan umum yang mengeluh karena minimnya penumpang yang masih menggunakan jasa angkutan mereka karena banyak masyarakat yang pindah ke layanan GoCar.

Bahkan untuk taksi sekalipun, banyak tempat-tempat umum yang sudah dimonopoli oleh taksi setempat, seperti di bandara. Hal ini menyebabkan di beberapa bandara, banyak bermunculan larangan bagi para pengemudi GoRide dan GoCar untuk masuk ke daerah bandara, serta mengantar dan menjemput penumpang di daerah bandara.

Itulah sekilas mengenai Gojek, salah satu startup Indonesia yang sukses bergerak dalam bidang teknologi informasi, transportasi, dan juga sektor bisnis lainnya.

Kehadirannya waktu itu memang menimbulkan dampak positif dan negatif.

Dampak positif akan dirasakan oleh masyarakat yang berorientasi maju ke depan, yang senantiasa memanfaatkan teknologi untuk memudahkan setiap aktivitas dan usahanya.

Tetapi, untuk masyarakat yang tidak mau membuka diri akan perkembangan teknologi tentunya akan mengalami dampak negatif, dimana lahan kerja mereka lama kelamaan menyempit, dan akhirnya tergerus oleh kemajuan zaman.